Bayangkan saja Ketika ingin masuk ke dalam kamar, dan tiba – tiba lampu menyala otomatis sesuai waktu hari itu, musik favorit secaara otomatis perlahan mulai terdengar dari speaker, lalu AC akan menyesuaikan suhu dengan kondisi cuaca hari ini. Semu aini terjadi tanpa perlu menekan tombol apa pun. Inilah yang disebut ambient computing, teknologi yang bekerja diam – diam, namun sangat membantu.

Lalu, apa itu Ambient Computing?

Ambient Computing atau bisa disebut denngan komputasi ambien merupakan sebuah konsep teknologi yang dimana perangkat digital bekerja secara otomatis dilatar belakang, memahami kebutuhan pengguna dan kebiasaan pengguna tanpa menerima perintah langsung. Teknologi ini mengendalikan sensor, konektivitas internet, kecerdasan buatan, dan pemrosesan data guna menciptakan pengalaman yang lebih personal dan seamless.

Jika selama ini kita harus membuka aplikasi atau menekan tombol untuk mengontrol perangkat, maka dengan adanya teknologi ini, pengguna tidak perlu repot – repot mengatur perangkatnya. Ia membuat Seolah – olah teknologi terasa menghilang, tetapi sebenarnya selalu hadir dan aktif membantu.

Apa saja contoh Ambient Computing yang ada disekitar kita?

Tanpa kita sadari, kita mungkin sudah hidup berdampingan dengan teknologi ini. Kita sudah banyak mengandalkan dengan menggunakan ambient computing, diantaranya yaitu:

  1. Smart Speaker, contoh perangkat ini seperti Google Nest atau Amazon Alexa yang bisa memutar musik, memberi informasi cuaca, atau mengatur alarm hanya dengan mendengar suara anda.
  2. Smart Light, perangkat ini bisa menyesuaikan intensitas cahaya secara otomatis sesuai waktu atau kehadiran orang didalam ruangan.
  3. Smartwatch, perangkat yang berfungsi untuk memberi tahu informasi tentang data riwayat kita ketika sehabis olahraga.
  4. Asisten Digital, seperti Google Assistant yang menyarankan rute tercepat ke kantor berdasarkan waktu keberangkatanmu.

Tantangan Isu dan Etika Ambient Computing

Meskipun menjanjikan kenyamanan dan efisiensi, ambient computing juga membawa pertanyaan besar yang harus dijawab bersama oleh pengembang, pemerintah, dan masyarakat.

  1. Privasi Teknologi yang Selalu Mengamati, Untuk bisa merespons secara kontekstual, ambient computing perlu terus-menerus mengamati aktivitas pengguna. Tapi sejauh mana pengawasan itu dibenarkan?, Apakah kamu nyaman jika rumahmu “menguping” 24/7?, privasi akan menjadi pertempuran etika utama di era teknologi tak terlihat ini.
  2. Ketergantungan dan hilangnya kendali, Ketika teknologi mengambil alih keputusan sehari-hari, manusia bisa jadi terlalu bergantung. Hal ini berisiko menyebabkan, Penurunan kemampuan mengambil keputusan mandiri, terbiasa hidup “diatur” tanpa berpikir kritis. Hilangnya kontrol atas lingkungan digital kita sendiri. Penting untuk menjaga human in the loop untuk memastikan manusia tetap jadi pengendali utama teknologi, bukan sebaliknya.
  3. Menjaga Keseimbangan,Ambient computing bisa menjadi teknologi yang paling manusiawi — atau justru yang paling mengintimidasi — tergantung bagaimana kita mengelolanya. Kita butuh Teknologi yang empatik, tapi tetap menghormati privasi. Dengan pendekatan etis dan kolaboratif, ambient computing bisa menjadi masa depan yang benar-benar kita inginkan.

Ambient computing menjadi lompatan besar dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi. Ia tak lagi bergantung pada layar, tombol, atau aplikasi, melainkan menyatu dalam kehidupan kita secara alami. Teknologi ini akan terus berkembang dan perlahan- lahan menghilang dari pandangan bukan karena tidak berguna, tapi karena ia sudah menjadi bagian dari lingkungan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *