Information System

Transformasi digital tidak hanya mengubah cara organisasi berinteraksi dengan pelanggan, tetapi juga bagaimana mereka membangun dan mengelola fondasi teknologinya. Dalam konteks ini, Enterprise Architecture (EA) memainkan peran penting sebagai jembatan antara strategi bisnis dan implementasi teknologi. Namun, di tengah perubahan yang semakin cepat, pendekatan tradisional dalam EA perlu berevolusi. Inilah yang mendorong pergeseran dari kerangka klasik seperti TOGAF menuju pendekatan yang lebih adaptif dan dinamis, yaitu Agile Enterprise Architecture.

Enterprise Architecture secara tradisional dirancang untuk menciptakan stabilitas dan keselarasan antara teknologi informasi dan tujuan bisnis. Kerangka kerja seperti TOGAF (The Open Group Architecture Framework) telah menjadi standar global dalam mendefinisikan struktur, proses, dan prinsip pengelolaan arsitektur organisasi. TOGAF membantu perusahaan merancang sistem yang konsisten, terdokumentasi dengan baik, dan berorientasi jangka panjang.

Namun, di era digital yang bergerak cepat, tantangan muncul. Pendekatan EA tradisional sering dianggap terlalu birokratis dan lambat dalam merespons perubahan pasar. Proses perencanaan yang panjang dapat menghambat inovasi, terutama ketika organisasi harus beradaptasi terhadap teknologi baru seperti cloud computing, big data, dan kecerdasan buatan. Menurut Gartner (2020), lebih dari 60% perusahaan menganggap EA tradisional tidak cukup lincah untuk mendukung transformasi digital secara efektif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, muncul pendekatan baru yaitu Agile Enterprise Architecture (Agile EA). Pendekatan ini menggabungkan prinsip-prinsip arsitektur strategis dengan nilai-nilai dari metodologi agile seperti kolaborasi lintas tim, iterasi cepat, dan adaptasi berkelanjutan. Agile EA tidak lagi memandang arsitektur sebagai dokumen statis, melainkan sebagai proses hidup yang berevolusi bersama dengan kebutuhan bisnis.

Dalam Agile EA, fokusnya bergeser dari compliance menuju enablement. Artinya, tujuan utama arsitektur bukan lagi memastikan kepatuhan terhadap standar, tetapi memfasilitasi inovasi dan eksperimen. Tim arsitektur berperan sebagai enabler yang membantu pengembang, analis bisnis, dan manajer produk bekerja lebih cepat dan sinkron. Menurut Ross, Weill, dan Robertson (2019), organisasi yang mengadopsi pendekatan arsitektur adaptif mampu meningkatkan kecepatan inovasi hingga 40% tanpa mengorbankan kontrol dan integritas sistem.

Peralihan dari TOGAF ke Agile EA tidak berarti meninggalkan prinsip dasar arsitektur, melainkan menyederhanakan dan menyesuaikannya. Misalnya, fase ADM (Architecture Development Method) dalam TOGAF dapat disesuaikan menjadi siklus iteratif yang lebih singkat, di mana setiap iterasi menghasilkan nilai bisnis yang nyata. Dokumentasi arsitektur juga menjadi lebih ringan dan kolaboratif melalui penggunaan architecture backlog, mirip dengan konsep product backlog dalam agile.

Selain itu, teknologi digital seperti platform cloud-native, API management, dan containerization mendukung penerapan Agile EA secara teknis. Dengan memanfaatkan otomasi dan observabilitas, arsitek dapat memantau perubahan sistem secara real-time dan memastikan bahwa setiap keputusan arsitektur memberikan dampak positif terhadap efisiensi bisnis.

Tantangan utama dalam penerapan Agile EA terletak pada perubahan budaya organisasi. Banyak perusahaan masih menganggap arsitektur sebagai tanggung jawab tim IT, bukan bagian dari strategi bisnis. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi Agile EA sangat bergantung pada kolaborasi antar fungsi, kepemimpinan visioner, dan komitmen untuk membangun organisasi yang benar-benar adaptif.

Pada akhirnya, evolusi dari TOGAF ke Agile EA mencerminkan transformasi mendasar dalam cara organisasi memandang arsitektur: dari sekadar kerangka teknis menjadi alat strategis untuk inovasi. Enterprise Architecture kini bukan lagi tentang stabilitas semata, tetapi tentang kemampuan untuk beradaptasi cepat dalam menghadapi disrupsi digital yang tak terhindarkan.


Referensi

  1. The Open Group. (2018). TOGAF Version 9.2 – The Open Group Architecture Framework. The Open Group.
  2. Gartner. (2020). Agile Enterprise Architecture: A New Approach for Digital Business. Gartner Research.
  3. Ross, J. W., Weill, P., & Robertson, D. (2019). Enterprise Architecture as Strategy: Creating a Foundation for Business Execution. Harvard Business Press.
  4. Op ’t Land, M., Proper, E., Waage, M., Cloo, J., & Steghuis, C. (2009). Enterprise Architecture: Creating Value by Informed Governance. Springer.
  5. Kotusev, S. (2021). The Practice of Enterprise Architecture: A Modern Approach to Business and IT Alignment. SK Publishing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *